Jumat, 30 September 2011

kereta mewah....???

Anda pernah mendengar Kereta Api Djoko Kendil? Kereta ini merupakan kereta api mewah yang dimiliki Indonesia.

Kereta Djoko Kendil ini mempunyai fasilitas penyejuk udara, layar LCD 36 inci, mini bar, serta meja dan kursi yang bisa diubah posisinya. Selain itu, kereta ini juga bisa digunakan sebagai ruang rapat.

Kereta mewah jenis ini, hanya ada tiga unit di dunia. Satu kereta milik Presiden Amerika Serikat Barack Obama, gerbongnya diproduksi pada 1939 dan 2 unit lainnya ada di Indonesia.

Kereta Djoko Kendil sendiri merupakan kereta yang dibeli oleh perusahaan kereta api Staats Spoorwegen pada tahun 1938 dari pabrik Beynes (Belanda).

Selasa, 20 September 2011

Kumpulan STatus Pesbuk lucu

BOring gak ada yang komeng di status kalian cobain deh kumpulan status facebook lucu berikut ini dijamin deh jadi seru,, kumpulan status facebook lucu ini dari berbagai sumber yang saya jadikan kumpulan status facebook lucu
  

Anda saat ini sedang membaca status pria dengan pesona yang memiliki daya tarik seperti magnet
wanita yang bersuami dan memiliki pacar dilarang keras dekat² .

Sabtu, 17 September 2011

Baduy dan Sekolah Anak



Pertanyaan ini diajukan kepada khalayak, komunitas Save Baduy untuk mendapatkan gambaran tentang bangun/konsep pelestarian Baduy dari berbagai sudut pandang. Saya mengharapkan respon yang konstruktif, baik hanya berupa komen atau tulisan yang lebih mendalam.
Saya ingin mengkontraskan dua contoh persoalan tentang pelestarian Baduy ini. Pertama, pelestarian wilayah Baduy dan kedua pelestarian Budaya Baduy.
Ketika kita berbicara pelestarian wilayah, maka objek yang kita bicarakan berada dalam lingkup yang mudah ditentukan batas-batasnya. Wilayah yang dimaksud adalah Desa Kanekes di Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak Propinsi Banten. Batas-batas geografi wilayah Desa Kanekes sebagaimana dirujuk oleh Surat Keputusan Bupati Lebak No. 590/kep.233/Huk/2002 tentang Penetapan Batas-batas Detail Hak Ulayat Masyarakat Adat Baduy di Desa Kenekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak tertanggal 16 Juli 2002. Dalam hal wilayah geografi ini, kita akan mudah bersepakat tentang apa yang dilestarikan.
Namun, ketika kita berbicara tentang pelestarian budaya Baduy, maka spektrum pembicaraan menjadi meluas. Budaya mana yang kita lestarikan? Mari mengambil beberapa contoh saja dari beragam aspek budaya ini. Lifestyle masyarakat Baduy misalnya. Cara hidup yang dipilih oleh orang Baduy seperti tampak pada saat ini dalam kehidupan mereka sehari-hari secara ajeg telah berlangsung selama ratusan tahun, dari abad ke abad, sejak jaman pertama kali mereka terekam sejarah. Tak banyak yang berubah, dari mulai bagaimana cara mereka menanam padi hingga cara mereka menolak hal-hal yang datang dari luar yang boleh jadi kita menyebutnya sebagai kemodernan, kemajuan peradaban.
Baduy menolak untuk merubah teknologi pertanian mereka. Mereka tidak akan merubah Huma, ladang padi, menjadi petak-petak sawah yang beririgasi. Mereka tidak akan pernah menggunakan bahan kimia seperti pupuk dan pestisida. Sampai saat ini masyarakat Baduy masih melaksanakan kegiatan menanam padi ini dengan sistem yang disebut oleh Prof. Johan Iskandar dengan istilah Swidden Farming atau Slash and Burn. Dalam bahasa setempat,ngahuma. Apakah ‘teknologi pertanian’ ala Baduy seperti ini dapat kita masukan ke dalam ceklis yang patut dilestarikan?
Baduy pun menolak menyelenggarakan pendidikan formal (sekolah) bagi anak-anaknya, dengan tidak mengijinkan berdirinya bangunan sekolah di dalam wilayah adat. Akan tetapi, dalam hal yang satu ini ada yang perlu diketahui oleh masyarakat luas tentang pernyataan Ayah Mursyid, bahwa kokolot Adat membebaskan warganya secara individu untuk memperoleh pengetahuan/keterampilan untuk keperluan pribadinya sesuai tuntutan jaman ataupun bersekolah formal di luar Baduy (Asep Kurnia, 2010.)
Apabila pada saatnya nanti anak-anak Baduy bersekolah, bisa dibayangkan betapa mereka di pagi yang dingin berembun harus berjalan kaki melintasi bukit-bukit pegunungan Kendeng berkilometer jauhnya ke  luar batas Desa mereka untuk bersekolah? Mengapa? Lagi-lagi karena di Baduy tidak boleh ada kendaraan meski hanya sepeda gunung. Sepanjang tahun, Baduy memang adalah wilayah car-free day.
Agar bahasan kita tidak berpanjang-panjang, ini sajalah dulu yang dapat dilemparkan ke khalayak. Tentunya masih diperlukan berjilid-jilid halaman untuk membicarakan semua hal tentang pelestarian Baduy. Nah, kembali kepada pertanyaan yang menjadi judul tulisan ini, Melestarikan Baduy, apakah membiarkan anak-anak Baduy tidak bersekolah?

Jumat, 16 September 2011

masa depan bumi saat matahari berevolusi

Perubahan iklim dan pemanasan global yang terjadi akhir-akhir ini menjadi salah satu efek yang sangat signifikan dalam perubahan kondisi Bumi selama beberapa dekade dan abad ke depan. Namun, bagaimana dengan nasib Bumi jika terjadi pemanasan bertahap saat Matahari menuju masa akhir hidupnya sebagai bintang katai putih? Akankah Bumi bertahan, ataukah masa tersebut akan menjadi masa akhir kehidupan Bumi?
Bintang Raksasa Merah. Impresi artis. source : Universetoday
Milyaran tahun lagi, Matahari akan mengembang menjadi bintang raksasa merah. Saat itu, ia akan membesar dan menelan orbit Bumi. Akankah Bumi ditelan oleh Matahari seperti halnya Venus dan Merkurius? Pertanyaan ini telah menjadi diskusi panjang di kalangan astronom. Akankah kehidupan di Bumi tetap ada saat matahari menjadi Katai Putih?
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan K.-P. Schr¨oder dan Robert Connon Smith, ketika Matahari menjadi bintang raksasa merah, ekuatornya bahkan sudah melebihi jarak Mars. Dengan demikian, seluruh planet dalam di Tata Surya akan ditelan olehnya. Akan tiba saatnya ketika peningkatan fluks Matahari juga meningkatkan temperatur rata-rata di Bumi sampai pada level yang tidak memungkinkan mekanisme biologi dan mekanisme lainnya tahan terhadap kondisi tersebut.
Saat Matahari memasuki tahap akhir evolusi kehidupannya, ia akan mengalami kehilangan massa yang besar melalui angin bintang. Dan saat Matahari bertumbuh (membesar dalam ukuran), ia akan kehilangan massa sehingga planet-planet yang mengitarinya bergerak spiral keluar. Lagi-lagi pertanyaannya bagaimana dengan Bumi? Akankah Matahari yang sedang mengembang itu mengambil alih planet-planet yang bergerak spiral, atau akankah Bumi dan bahkan Venus bisa lolos dari cengkeramannya?
Perhitungan yang dilakukan oleh K.-P Schroder dan Robert Cannon Smith menunjukan, saat Matahari menjadi bintang raksasa merah di usianya yang ke 7,59 milyar tahun, ia akan mulai mengalami kehilangan massa. Matahari pada saat itu akan mengembang dan memiliki radius 256 kali radiusnya saat ini dan massanya akan tereduksi sampai 67% dari massanya sekarang. Saat mengembang, Matahari akan menyapu Tata Surya bagian dalam dengan sangat cepat, hanya dalam 5 juta tahun. Setelah itu ia akan langsung masuk pada tahap pembakaran helium yang juga akan berlangsung dengan sangat cepat, hanya sekitar 130 juta tahun. Matahari akan terus membesar melampaui orbit Merkurius dan kemudian Venus. Nah, pada saat Matahari akan mendekati Bumi, ia akan kehilangan massa 4.9 x 1020 ton setiap tahunnya (setara dengan 8% massa Bumi).
Perjalanan evolusi Matahari sejak lahir sampai menjadi bintang katai putih.
Setelah mencapai tahap akhir sebagai raksasa merah, Matahari akan menghamburkan selubungnya dan inti Matahari akan menyusut menjadi objek seukuran Bumi yang mengandung setengah massa yang pernah dimiliki Matahari. Saat itu, Matahari sudah menjadi bintang katai putih. Bintang kompak ini pada awalnya sangat panas dengan temperatur lebih dari 100 ribu derajat namun tanpa energi nuklir, dan ia akan mendingin dengan berlalunya waktu seiring dengan sisa planet dan asteroid yang masih mengelilinginya.
Zona Laik Huni yang Baru
Saat ini Bumi berada di dalam zona habitasi / laik huni dalam Tata Surya. Zona laik huni atau habitasi merupakan area di dekat bintang di mana planet yang berada di situ memiliki air berbentuk cair di permukaannya dengan temperatur rata-rata yang mendukung adanya kehidupan. Dalam perhitungan yang dilakukan Schroder dan Smith, temperatur planet tersebut bisa menjadi sangat ekstrim dan tidak nyaman untuk kehidupan, namun syarat utama zona habitasinya adalah keberadaan air yang cair.
Terbitnya bintang raksasa merah. Impresi artis. Sumber: Jeff Bryant's Space Art.
Tak dapat dipungkiri, saat Matahari jadi Raksasa Merah, zona habitasi akan lenyap dengan cepat. Saat Matahari melampaui orbit Bumi dalam beberapa juta tahun, ia akan menguapkan lautan di Bumi dan radiasi Matahari akan memusnahkan hidrogen dari air. Saat itu Bumi tidak lagi memiliki lautan. Tetapi, suatu saat nanti, ia akan mencair kembali. Nah saat Bumi tidak lagi berada dalam area habitasi, lantas bagaimana dengan kehidupan di dalamnya? Akankah mereka bertahan atau mungkin beradaptasi dengan kondisi yang baru tersebut? Atau itulah akhir dari perjalanan kehidupan di planet Bumi?
Yang menarik, meskipun Bumi tak lagi berada dalam zona habitasi, planet-planet lain di luar Bumi akan masuk dalam zona habitasi baru milik Matahari dan mereka akan berubah menjadi planet layak huni. Zona habitasi yang baru dari Matahari akan berada pada kisaran 49,4 SA – 71,4 SA. Ini berarti areanya akan meliputi juga area Sabuk Kuiper, dan dunia es yang ada disana saat ini akan meleleh. Dengan demikian objek-objek disekitar Pluto yang tadinya mengandung es sekarang justru memiliki air dalam bentuk cairan yang dibutuhkan untuk mendukung kehidupan. Bahkan bisa jadi Eris akan menumbuhkan kehidupan baru dan menjadi rumah yang baru bagi kehidupan.
Bagaimana dengan Bumi?
Apakah ini akhir perjalanan planet Bumi? Ataukah Bumi akan selamat? Berdasarkan perhitungan Schroder dan Smith Bumi tidak akan bisa menyelamatkan diri. Bahkan meskipun Bumi memperluas orbitnya 50% dari orbit yang sekarang ia tetap tidak memiliki pluang untuk selamat. Matahari yang sedang mengembang akan menelan Bumi sebelum ia mencapai batas akhir masa sebagai raksasa merah. Setelah menelan Bumi, Matahari akan mengembang 0,25 SA lagi dan masih memiliki waktu 500 ribu tahun untuk terus bertumbuh.
Matahari yang menjadi raksasa merah akan mengisi langit seperti yang tampak dari bumi. Gambar ini menunjukan topografi Bumi yang sudah meleleh menjadi lava. Tampak siluet bulan dengan latar raksasa merah. Copyright William K. Hartmann
Saat Bumi ditelan, ia akan masuk ke dalam atmosfer Matahari. Pada saat itu Bumi akan mengalami tabrakan dengan partikel-partikel gas. Orbitnya akan menyusut dan ia akan bergerak spiral kedalam. Itulah akhir dari kisah perjalanan Bumi.
Sedikit berandai-andai, bagaimana menyelamatkan Bumi? Jika Bumi berada pada jarak 1.15 SA (saat ini 1 SA) maka ia akan dapat selamat dari fasa pengembangan Matahari tersebut. Nah bagaimana bisa membawa Bumi ke posisi itu?? Meskipun terlihat seperti kisah fiksi ilmiah, namun Schroder dan Smith menyarankan agar teknologi masa depan dapat mencari cara untuk menambah kecepatan Bumi agar bisa bergerak spiral keluar dari Matahari menuju titik selamat tersebut.
Yang menarik untuk dikaji adalah, umat manusia seringkali gemar berbicara tentang masa depan Bumi milyaran tahun ke depan, padahal di depan mata, kerusakan itu sudah mulai terjadi. Bumi saat ini sudah mengalami kerusakan awal akibat ulah manusia, dan hal ini akan terus terjadi. Bisa jadi akhir perjalanan Bumi bukan disebabkan oleh evolusi matahari, tapi oleh ulah manusia itu sendiri. Tapi bisa jadi juga manusia akan menemukan caranya sendiri untuk lolos dari situasi terburuk yang akan dihadapi.
Sumber : Arxiv : Distant future of the Sun and Earth revisited